Headlines News :
Home » » Malukah Anda Bertani di Negeri Agraris?

Malukah Anda Bertani di Negeri Agraris?

Written By Unknown on Minggu, 28 April 2013 | 12.46

Negeri ini, dikenal luas sebagai negeri yang kaya raya. Kaya raya akan sumber daya dan hasil buminya. Hasil bumi yang melimpah ruah itu merupakan hasil dari tekstur tanah Indonesia yang subur. Tanah nan subur tentunya dapat menghasilkan tanaman yang berkualitas serta panen yang melimpah ruah. Indonesia-lah yang punya aset berharga itu.

Namun, tanah yang subur dan penghasil panen melimpah, nampaknya tak jua menarik minat masyarakat untuk bekerja sebagai petani. Padahal, kesempatan kerja di sektor pertanian lebih terbuka lebar. Semestinya, pertanian dapat menjadi bahan pertimbangan sebagai mata pencaharian yang sangat menguntungkan, jika dapat mengola atau dikelola dengan baik dan benar.

Sebagai negeri agraris, petani seharusnya menjadi kaum mayoritas pekerja di Indonesia. Namun kenyataanya, bekerja menjadi petani masih dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat Indonesia. Para pengamat ekonomi berpendapat, ada tiga sektor besar yang diharapkan menyerap lapangan pekerjaan cukup besar yaitu, sektor industri, sektor perdagangan dan sektor pertanian. Sayangnya, sektor terakhir ini belum mendapat perhatian dari para pencari kerja. Mereka cenderug memilih dua sektor lainnya atau lebih menyukai sektor jasa. Padahal, peluang kerja yang ditawarkan pertanian lebih banyak jika dibandingkan dengan sector-sektor lainnya. Oleh karena itu, sebaiknya peluang ini tidak disia-siakan oleh masyarakat Indonesia. Sebab, dengan menjadikan pertanian sebagai mata pencaharian, angka pengangguran pun otomatis akan mengalami penyusutan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, angka pengangguran mencapai 40,1 juta orang atau sekitar 37 persen dari 106,9 juta angkatan kerja yang ada. Dari jumlah tersebut, sebanyak 10,48 persen atau 11,6 juta orang adalah pengangguran terbuka (tidak bekerja sama sekali). Dan tiap tahun angka itu tak lantas menurun malah semakin meningkat.

Survei juga pernah menyebutkan bahwa jumlah pengangguran terbuka di perkotaan lebih banyak daripada pedesaan. Perbandingannya sekitar 1,2 : 1. Pengangguran ini lebih di dominasi oleh kaum urban. Kaum urban sengaja mengadu nasib untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik daripada di desa, yang sebenarnya menyimpan sumber daya pertanian potensial.

Sektor pertanian sejak lama telah disadari pemerintah sebagai potensi yang memberi kontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi rakyat. Karena itulah dalam beberapa kali periode pemerintahan, sektor pertanian dijadikan program prioritas pembangunan. Pertumbuhan dan pekembangan usaha pertanian terus didorong melalui pembangunan infrastruktur pertanian atau progam pembinaan dan fasilitas usaha tani. Namun ternyata sektor pertanian tak kunjung menjadi daya tarik kuat dalam menyerap penganguran.

Bukan salah petani yang lainnya jika tak mampu memberikan motivasi generasi muda untuk terjun dunia agraria. Generasi muda seperti enggan untuk memilih lapangan pekerjaan ini karena menganggap petani sebagai profesi bau lumpur bukan bau dolar. Fakta ini dapat dilihat saat anak petani bersekolah pertanian di kota, setelah tamat, memilih bekerja jadi "buruh" birokrasi di belakang meja, ketimbang mengembangkan teknologi pertanian di desanya. Padahal, ilmu yang dia dapat bisa dikembangkan di tanah desa sehingga keuntungan tani menjadi berkali-kali lipat.

Rasa malu mungkin menyergap generasi muda jika melakukan pekerjaan nandur di sawah. Apa kata orang jika melihat pekerjaan yang identik dengan panas, bau, dan kotor. Stigma ini terlanjur melekat di diri masyarakat. Padahal, pekerjaan petani bukanlah sesuatu yang memalukan sebab pangan merupakan hal yang vital di masyarakat. Bayangkan jika tidak ada pekerjaan petani, siapa yang akan menggarap tanah yang subur, darimana mendapatkan sumber pangan?

Bila kita sepakat bahwa pengangguran merupakan masalah ekonomi yang timbul karena ketidakmampuan sektor riil menyediakan lapangan pekerjaan, itu salah! Sebab masih ada sektor pertanian yang lapang. Lahan tersebut ibarat tambang emas yang belum dieksplorasi semestinya. Apa jadinya negeri agraris ini, bila masih memiliki generasi bangsa yang tidak mencintai agraria?.(Analisa/bro)

Edit: Nila



Share this post :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. . - All Rights Reserved
Template Created by brata pos news Published by BRATA POS
Proudly powered by Blogger